Bismillahirrahmannirrahim
Kamis sore sepulang dari sekolah, Khayla menyerahkan 2 lembar kertas yang berisi pengumuman tentang program pembiasaan membaca para siswa dirumahnya masing-masing. Jadi aturannya, setelah anak selesai membaca buku, orangtua lalu menuliskan keterangan buku tersebut untuk dilaporkan kepada Wali Kelas dan selanjutnya anak akan diberi sticker untuk ditempel didinding, disusun secara bertumpuk sehingga menyerupai tumpukan buku dari lantai hingga ke langit-langit rumah. Di akhir masa tantangan, bagi siswa yang berhasil menyusun menara tertinggi akan mendapat reward dari sekolah.
Setelah mengetahui tantangan ini, saya menyarankan Khayla untuk membaca buku-buku yang sudah kami beli sewaktu dia masih berumur 3 atau 4 tahun. Dulu saya atau suami yang membacakan buku itu untuknya, sekarang dia sudah bisa membaca sendiri 😊. Kebetulan lagi tema bukunya beragam sehingga saya pikir buku-buku itu pantas ada di list daftar buku yang akan dibaca.
Selain tantangan menara buku, sebelumnya di sekolah sudah ada juga program belajar membaca al-qur'an dengan memakai buku Kibar (seperti buku Iqro). Buku Kibar ini terdiri dari 3 tahap yaitu A, B, dan C. Jika sudah lulus Kibar C, maka bacaannya naik tingkat ke Al-Qur'an.
Saya selalu mendukung Khayla untuk bisa segera naik ke tingkat Al-qur'an dengan mengajaknya membaca Kibar C setelah shalat magrib. Tapi sayangnya, tidak selalu berjalan lancar. Kadang ada saja 'drama' yang terjadi sehingga membuat saya atau suami (yang mendampinginya) menjadi kesal. Seperti yang terjadi magrib ini. Saya ajak dia untuk mulai membaca taawudz tapi dianya malah ogah-ogahan. Saya tawarkan pada Khayla apakah dia mau didampingi oleh Ayahnya atau tidak. Dia bilang iya. Tapi entah kenapa, yang selanjutnya terjadi, suami marah-marah dan Khayla menangis. Saya sebenarnya kesl juga, menyanyangkan kenapa bisa terjadi hal seperti itu. Biasanya saya akan langsung nyolot juga. Tapi saya tahan dan saya bertanya dengan intonasi rendah agar tidak menambah situasi semakin panas. Suami bilang Khayla banyak beralasan ini itu bukannya bersegera mangaji. Saya hampiri Khayla. Sebelum-sebelumnya saya kadang marah kalau dia bertingkah seperti itu. Tapi tadi saya tahan. Masih dengan intonasi rendah, saya katakan padanya kalau tidak mau mengaji, bilang saja, tapi tidak perlu pakai drama apalagi sampai menangis.
Akhirnya Khayla memilih untuk membaca komik yang baru dibelinya saat program Wisata Buku ke Gramedia bersama teman-teman sekolahnya. Setelah selesai dia pun menghampiri saya agar saya bisa membuat laporan kepada Wali Kelas. Saya ajak dia berbicara. Bagus kalau Khayla bisa selesai membaca komik dengan cepat. Tapi alangkah bagusnya juga kalau Khayla mau membaca Kibar walaupun hanya 1 halaman. Saya bilang, tantangan dari sekolah berarti bertambah, pembiasaan shalat wajib, pembiasaan mengaji, dan pembiasaan membaca buku. Jujur ya, sebelumnya sih saya biasanya suka menasihati sambil ngomel-ngomel 😆. Tapi setelah ada materi komunikasi produktif ini, saya jadi mencoba me-rem ngomelnya dan mencari kalimat lain dengan memakai intonasi yang rendah. Yaah..semoga saja usaha saya ini bisa membawa perubahan, walaupun kecil 😇😇
#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
No comments:
Post a Comment