Bismillahirrahmaanirrahim
Kali ini saya mengajak bicara si kecil Miftah mengenai kebiasaan BAK dan BAB. Usia miftah sekarang 3 tahun, inginnya sih sudah bisa lepas dari yang namanya diapers, tapi belum bisa.
Sebenernya sih saya ga terlalu ngefans sama diapers. Toh dirumah juga miftah nggak pake. Sesekali aja pakenya kalau misalnya kita pergi ke tempat yang toiletnya susah dicari (emaknya yang malas membawa anak ke kamar mandi 😆)
Walaupun miftah sempat didiagnosa Speech Delay, tapi Alhamdulilah, sekarang sudah banyak kemajuan. Kosa katanya sudah banyak, ngobrol sudah nyambung, sudah mau mengungkapkan keinginannya termasuk kalau dia mau BAK.
"Bunda, mau pipis", begitu katanya. Tapi kadang masih bablas juga siihh sesekali 😆
Urusan BAK udah ga terlalu merepotkan, cuma BAB nih masih jadi PR besar. Miftah masih sering BAB dicelana. Bukan kali ini aja saya bicara tentang hal ini. Berkali-kali saya sounding supaya BAK dan BAB-nya dikamar mandi. "Kan ga enak kalau celananya basah atau lengket..". Miftahnya sih mengangguk..ga tau nanti prakteknya gimana 😂😂
Satu lagi kebiasaan miftah, suka menggangu kita yang lagi sholat, terutama ke tetehnya. Kadang tetehnya sampe didorong-dorong. Hadeeuuhh.. ikut sholat tapi ngusilin orang juga 😑. Saya dekatkan wajah saya, mau bicara, eehh anaknya malah buang muka 😆. "Miftah jangan ganggu orang lagi yang lagi sholat, nanti sholatnya jadi nggak khusyuk, nggak tertib..nanti malah jadi batal". Nggak ada reaksi dari anaknya. " Ya Mip, yaa?? Nggak ganggu lagi yaa?". Miftah pun mengangguk lagi. Hmm..butuh proses berapa lama ya sampai akhirnya pembicaraan ini akan berakhir dengan aksi nyata...
#hari8
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tuesday, January 31, 2017
Monday, January 30, 2017
Komunikasi Produktif Day 7
Bismillahirrahmanirrahim
Pak Suami menanyakan bagaimana terapi Miftah dihari Senin kemarin. Saya jawab biasa saja. Maksudnya miftah bertingkah sama seperti halnya dirumah. Ngomongnya sudah banyak, nyambung kalau diajak ngobrol, dan yang bikin surprise Ibu Mulia (terapis TW), ternyata miftah mengucapkan kata dalam bahasa Sunda! Hahhaha.. Subhanallah, anak yang dulu didiagnosa Speech Delay itu sekarang sudah makin pinter 😊.
Saya ceritakan juga kalau ada beberapa huruf yang pasti akan susah diucapkan dan salah satu treatment-nya adalah dengan pijatan disekitar mulut dan pipi miftah. Udah nyoba beberapa kali tapi miftahnya malah ketawa-ketawa terus, nggak mau diem 😂. Harus cari kalimat produktif dulu kali ya, biar dia mau nurut, heuheu
Lalu suami bertanya apakah terapinya sudah selesai atau belum. Saya pun mendelik. Nanyanya kok gitu terus? Padahal mungkin beliau sudah tahu kalau prosedur terapi itu 12x pertemuan lalu akan ada observasi oleh dokter dan psikolog. Terapi kemarin mungkin yang ke-5 atau ke-6. Masih setengah jalan lagi yang harus dijalani 😅.
Oya, karena di tempat fisioterapi ada sepeda roda tiga berwarna merah, entah kenapa miftah juga jadi pengen sepeda warna merah 😆. Dengan bahasanya yang sederhana dia ungkapkan itu pada ayahnya. Belum tentu beli baru juga siihh..mungkin sepeda bekas khayla aja yang bakal disulap jadi baru 😊😊
#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Pak Suami menanyakan bagaimana terapi Miftah dihari Senin kemarin. Saya jawab biasa saja. Maksudnya miftah bertingkah sama seperti halnya dirumah. Ngomongnya sudah banyak, nyambung kalau diajak ngobrol, dan yang bikin surprise Ibu Mulia (terapis TW), ternyata miftah mengucapkan kata dalam bahasa Sunda! Hahhaha.. Subhanallah, anak yang dulu didiagnosa Speech Delay itu sekarang sudah makin pinter 😊.
Saya ceritakan juga kalau ada beberapa huruf yang pasti akan susah diucapkan dan salah satu treatment-nya adalah dengan pijatan disekitar mulut dan pipi miftah. Udah nyoba beberapa kali tapi miftahnya malah ketawa-ketawa terus, nggak mau diem 😂. Harus cari kalimat produktif dulu kali ya, biar dia mau nurut, heuheu
Lalu suami bertanya apakah terapinya sudah selesai atau belum. Saya pun mendelik. Nanyanya kok gitu terus? Padahal mungkin beliau sudah tahu kalau prosedur terapi itu 12x pertemuan lalu akan ada observasi oleh dokter dan psikolog. Terapi kemarin mungkin yang ke-5 atau ke-6. Masih setengah jalan lagi yang harus dijalani 😅.
Oya, karena di tempat fisioterapi ada sepeda roda tiga berwarna merah, entah kenapa miftah juga jadi pengen sepeda warna merah 😆. Dengan bahasanya yang sederhana dia ungkapkan itu pada ayahnya. Belum tentu beli baru juga siihh..mungkin sepeda bekas khayla aja yang bakal disulap jadi baru 😊😊
#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Sunday, January 29, 2017
Komunikasi Produktif Day 6
Bismillahirrahmanirrahim
Ketika melihat nota pembayaran pendaftaran Khayla untuk kegiatan PAS ITB, suami menanyakan apakah kegiatannya dimulai hari minggu ini atau bukan. Saya jawab bukan, kegiatan baru akan dimulai bulan Februari nanti. Lalu beliau bertanya apa saja kegiatannya. Saya jawab lagi kalau kegiatannya adalah mentoring. Saat suami minta bertanya lagi apa itu mentoring, saya tidak bisa menjawab karena saya hanya tahu, pernah mendengar dari teman dan saudara, dan pernah melihat sepintas kegiatannya saat kami pergi ke seputaran kampus ITB. Walaupun suami tercatat sebagai mahasiswa S2 ITB tapi beliau juga tidak tahu persis apa itu PAS ITB 😆
Beliau lalu bertanya apa yang akan kami lakukan setelah mengantar Khayla mengikuti kegiatan nanti. Saya jawab saja kalau saya bisa berkumpul dengan orang tua lainnya, atau mengajak miftah jalan-jalan atau mungkin saya bisa sambil mengerjakan kerajinan tangan. Saya menyarankan suami untuk membawa sepeda dan berolahraga dahulu sementara menunggu khayla selesai kegiatannya.
Lalu suami bilang, "..berarti sekali datang bayar 20 rb". Haduuhh..dasar dia mah, segala dihitung-hitung..termasuk ini. Padahal biaya sekolah khayla sebulan hampir sama dengan biaya PAS ini selama 6 bulan 😂😂. Saya jawab saja "tapi kan pengalaman mah tidak ternilai dengan uang.." 😁
Udah ga sabar juga pengen cepet-cepet bulan depan. Pengen tau gimana perasaan khayla nanti 😊
#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Ketika melihat nota pembayaran pendaftaran Khayla untuk kegiatan PAS ITB, suami menanyakan apakah kegiatannya dimulai hari minggu ini atau bukan. Saya jawab bukan, kegiatan baru akan dimulai bulan Februari nanti. Lalu beliau bertanya apa saja kegiatannya. Saya jawab lagi kalau kegiatannya adalah mentoring. Saat suami minta bertanya lagi apa itu mentoring, saya tidak bisa menjawab karena saya hanya tahu, pernah mendengar dari teman dan saudara, dan pernah melihat sepintas kegiatannya saat kami pergi ke seputaran kampus ITB. Walaupun suami tercatat sebagai mahasiswa S2 ITB tapi beliau juga tidak tahu persis apa itu PAS ITB 😆
Beliau lalu bertanya apa yang akan kami lakukan setelah mengantar Khayla mengikuti kegiatan nanti. Saya jawab saja kalau saya bisa berkumpul dengan orang tua lainnya, atau mengajak miftah jalan-jalan atau mungkin saya bisa sambil mengerjakan kerajinan tangan. Saya menyarankan suami untuk membawa sepeda dan berolahraga dahulu sementara menunggu khayla selesai kegiatannya.
Lalu suami bilang, "..berarti sekali datang bayar 20 rb". Haduuhh..dasar dia mah, segala dihitung-hitung..termasuk ini. Padahal biaya sekolah khayla sebulan hampir sama dengan biaya PAS ini selama 6 bulan 😂😂. Saya jawab saja "tapi kan pengalaman mah tidak ternilai dengan uang.." 😁
Udah ga sabar juga pengen cepet-cepet bulan depan. Pengen tau gimana perasaan khayla nanti 😊
#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Saturday, January 28, 2017
Komunikasi Produktif Day 5
Bismillahirrahmanirrahim
Walaupun hari sabtu kemarin hari libur, tapi memang biasanya khayla tidak sekolah karena jadwal sekolahnya dari senin sampai jumat.
Dengan adanya program pembiasaan membaca buku dari sekolah, saya pikir khayla akan menjadi semangat lagi membaca bukunya. Tapi dari pagi sampai siang, dia sama sekali tidak menyentuh buku. Hanya bermain dengan adiknya.
Saya pun bertanya, "hari ini rencananya mau baca buku apa?". Tidak ada jawaban.
Kalau menuruti emosi, pasti saya sudah ngomel-ngomel dan mulai menyuruhnya membaca 😆. Saya bertanya lagi apakah dia mau hadiah dari sekolah atau tidak. Kalau memang mau, ya harus berusaha dong! Apalagi program ini ada batas waktunya yakni sampai bulan April. Saya bilang juga, kalau saya jadi murid SDHT, seharian saya pasti akan baca buku, supaya bisa laporan ke wali kelas dan mendapatkan sticker yang banyak.
Dengan jadi murid pertama dikelas yang mendapatkan sticker, saya kira kesananya akan jadi lebih mudah..eeh ternyata tidak 😂. Saya masih harus terus mengingatkan, memotivasi dan menyemangatinya. Saya belum menemukan kalimat seperti apa yang harus saya pakai agar anak saya mau konsisten mengerjakan sesuatu yang sifatnya positif 😑😑😑
#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Walaupun hari sabtu kemarin hari libur, tapi memang biasanya khayla tidak sekolah karena jadwal sekolahnya dari senin sampai jumat.
Dengan adanya program pembiasaan membaca buku dari sekolah, saya pikir khayla akan menjadi semangat lagi membaca bukunya. Tapi dari pagi sampai siang, dia sama sekali tidak menyentuh buku. Hanya bermain dengan adiknya.
Saya pun bertanya, "hari ini rencananya mau baca buku apa?". Tidak ada jawaban.
Kalau menuruti emosi, pasti saya sudah ngomel-ngomel dan mulai menyuruhnya membaca 😆. Saya bertanya lagi apakah dia mau hadiah dari sekolah atau tidak. Kalau memang mau, ya harus berusaha dong! Apalagi program ini ada batas waktunya yakni sampai bulan April. Saya bilang juga, kalau saya jadi murid SDHT, seharian saya pasti akan baca buku, supaya bisa laporan ke wali kelas dan mendapatkan sticker yang banyak.
Dengan jadi murid pertama dikelas yang mendapatkan sticker, saya kira kesananya akan jadi lebih mudah..eeh ternyata tidak 😂. Saya masih harus terus mengingatkan, memotivasi dan menyemangatinya. Saya belum menemukan kalimat seperti apa yang harus saya pakai agar anak saya mau konsisten mengerjakan sesuatu yang sifatnya positif 😑😑😑
#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Friday, January 27, 2017
Komunikasi Produktif Day 4
Bismillahirrahmanirrahim
Di hari ke-empat ini saya dan khayla membicarakan tentang rencana untuk khayla pulang dengan jemputan sekolah.
Saya jelaskan alasan kenapa setelah 1 semester ini akhirnya saya menginginkan dia untuk ikut jemputan saja. Yang pertama, sering macet. Titik kemacetan bahkan bisa lebih dari satu. Saya pikir sangat membuang waktu. Alasan kedua, ongkos naik angkot itu mahal. Dengan ikut jemputan, setidaknya kita bisa lebih berhemat. Alasan ketiga, saya capek, karena saat saya pergi menjemput adalah waktunya miftah tidur siang. Sehingga seringnya saya kerepotan karena harus jalan kaki cukup jauh sambil menggendong miftah yang sedang tidur. Dan entah kenapa anak yang sedang tidur itu bebannya terasa jadi semakin berat sampai saya merasa badan pegal dan tangan kesemutan 😆.
Saya jelaskan kemana saja rute mobil jemputan itu pergi. Dan saya jadi teringat pada murid kelas 2 yang dulunya 1 TK dengan khayla. Kemungkinan besar mereka akan berada dimobil jemputan yang sama karena kompleks rumah kita memang berdekatan. Tidak lupa saya ingatkan khayla untuk menjaga sikapnya selama berada dimobil jemputan. Karena kadang dia berlebihan menyikapi satu keadaan hingga akhirnya dia malah menangis.
Oiya, dari grup WA kelas, saya dapat laporan kalau khayla adalah anak pertama yang melaporkan selesainya dia membaca 1 buku sehingga dia mendapatkan sticker berwarna kuning untuk ditempel didinding. Bahkan gurunya bilang, dia juga menceritakan isi buku itu didepan teman-teman sekelasnya. Saya tanya padanya apakah itu benar atau tidak. Dia tersenyum dan mengangguk. Dan saya pun memberikan pujian padanya 😊.
Tantangan dari sekolah lumayan banyak, pembiasaan shalat 5 waktu, pembiasaan baca qur'an, dan pembiasaan membaca buku. Saya katakan pada khayla agar dia mau menghadapi semua tantangan ini dan menjalaninya dengan semangat. Yaahh..semoga😇😇😇
#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Di hari ke-empat ini saya dan khayla membicarakan tentang rencana untuk khayla pulang dengan jemputan sekolah.
Saya jelaskan alasan kenapa setelah 1 semester ini akhirnya saya menginginkan dia untuk ikut jemputan saja. Yang pertama, sering macet. Titik kemacetan bahkan bisa lebih dari satu. Saya pikir sangat membuang waktu. Alasan kedua, ongkos naik angkot itu mahal. Dengan ikut jemputan, setidaknya kita bisa lebih berhemat. Alasan ketiga, saya capek, karena saat saya pergi menjemput adalah waktunya miftah tidur siang. Sehingga seringnya saya kerepotan karena harus jalan kaki cukup jauh sambil menggendong miftah yang sedang tidur. Dan entah kenapa anak yang sedang tidur itu bebannya terasa jadi semakin berat sampai saya merasa badan pegal dan tangan kesemutan 😆.
Saya jelaskan kemana saja rute mobil jemputan itu pergi. Dan saya jadi teringat pada murid kelas 2 yang dulunya 1 TK dengan khayla. Kemungkinan besar mereka akan berada dimobil jemputan yang sama karena kompleks rumah kita memang berdekatan. Tidak lupa saya ingatkan khayla untuk menjaga sikapnya selama berada dimobil jemputan. Karena kadang dia berlebihan menyikapi satu keadaan hingga akhirnya dia malah menangis.
Oiya, dari grup WA kelas, saya dapat laporan kalau khayla adalah anak pertama yang melaporkan selesainya dia membaca 1 buku sehingga dia mendapatkan sticker berwarna kuning untuk ditempel didinding. Bahkan gurunya bilang, dia juga menceritakan isi buku itu didepan teman-teman sekelasnya. Saya tanya padanya apakah itu benar atau tidak. Dia tersenyum dan mengangguk. Dan saya pun memberikan pujian padanya 😊.
Tantangan dari sekolah lumayan banyak, pembiasaan shalat 5 waktu, pembiasaan baca qur'an, dan pembiasaan membaca buku. Saya katakan pada khayla agar dia mau menghadapi semua tantangan ini dan menjalaninya dengan semangat. Yaahh..semoga😇😇😇
#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Wednesday, January 25, 2017
Komunikasi Produktif Day 3
Bismillahirrahmannirrahim
Kamis sore sepulang dari sekolah, Khayla menyerahkan 2 lembar kertas yang berisi pengumuman tentang program pembiasaan membaca para siswa dirumahnya masing-masing. Jadi aturannya, setelah anak selesai membaca buku, orangtua lalu menuliskan keterangan buku tersebut untuk dilaporkan kepada Wali Kelas dan selanjutnya anak akan diberi sticker untuk ditempel didinding, disusun secara bertumpuk sehingga menyerupai tumpukan buku dari lantai hingga ke langit-langit rumah. Di akhir masa tantangan, bagi siswa yang berhasil menyusun menara tertinggi akan mendapat reward dari sekolah.
Setelah mengetahui tantangan ini, saya menyarankan Khayla untuk membaca buku-buku yang sudah kami beli sewaktu dia masih berumur 3 atau 4 tahun. Dulu saya atau suami yang membacakan buku itu untuknya, sekarang dia sudah bisa membaca sendiri 😊. Kebetulan lagi tema bukunya beragam sehingga saya pikir buku-buku itu pantas ada di list daftar buku yang akan dibaca.
Selain tantangan menara buku, sebelumnya di sekolah sudah ada juga program belajar membaca al-qur'an dengan memakai buku Kibar (seperti buku Iqro). Buku Kibar ini terdiri dari 3 tahap yaitu A, B, dan C. Jika sudah lulus Kibar C, maka bacaannya naik tingkat ke Al-Qur'an.
Saya selalu mendukung Khayla untuk bisa segera naik ke tingkat Al-qur'an dengan mengajaknya membaca Kibar C setelah shalat magrib. Tapi sayangnya, tidak selalu berjalan lancar. Kadang ada saja 'drama' yang terjadi sehingga membuat saya atau suami (yang mendampinginya) menjadi kesal. Seperti yang terjadi magrib ini. Saya ajak dia untuk mulai membaca taawudz tapi dianya malah ogah-ogahan. Saya tawarkan pada Khayla apakah dia mau didampingi oleh Ayahnya atau tidak. Dia bilang iya. Tapi entah kenapa, yang selanjutnya terjadi, suami marah-marah dan Khayla menangis. Saya sebenarnya kesl juga, menyanyangkan kenapa bisa terjadi hal seperti itu. Biasanya saya akan langsung nyolot juga. Tapi saya tahan dan saya bertanya dengan intonasi rendah agar tidak menambah situasi semakin panas. Suami bilang Khayla banyak beralasan ini itu bukannya bersegera mangaji. Saya hampiri Khayla. Sebelum-sebelumnya saya kadang marah kalau dia bertingkah seperti itu. Tapi tadi saya tahan. Masih dengan intonasi rendah, saya katakan padanya kalau tidak mau mengaji, bilang saja, tapi tidak perlu pakai drama apalagi sampai menangis.
Akhirnya Khayla memilih untuk membaca komik yang baru dibelinya saat program Wisata Buku ke Gramedia bersama teman-teman sekolahnya. Setelah selesai dia pun menghampiri saya agar saya bisa membuat laporan kepada Wali Kelas. Saya ajak dia berbicara. Bagus kalau Khayla bisa selesai membaca komik dengan cepat. Tapi alangkah bagusnya juga kalau Khayla mau membaca Kibar walaupun hanya 1 halaman. Saya bilang, tantangan dari sekolah berarti bertambah, pembiasaan shalat wajib, pembiasaan mengaji, dan pembiasaan membaca buku. Jujur ya, sebelumnya sih saya biasanya suka menasihati sambil ngomel-ngomel 😆. Tapi setelah ada materi komunikasi produktif ini, saya jadi mencoba me-rem ngomelnya dan mencari kalimat lain dengan memakai intonasi yang rendah. Yaah..semoga saja usaha saya ini bisa membawa perubahan, walaupun kecil 😇😇
#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Kamis sore sepulang dari sekolah, Khayla menyerahkan 2 lembar kertas yang berisi pengumuman tentang program pembiasaan membaca para siswa dirumahnya masing-masing. Jadi aturannya, setelah anak selesai membaca buku, orangtua lalu menuliskan keterangan buku tersebut untuk dilaporkan kepada Wali Kelas dan selanjutnya anak akan diberi sticker untuk ditempel didinding, disusun secara bertumpuk sehingga menyerupai tumpukan buku dari lantai hingga ke langit-langit rumah. Di akhir masa tantangan, bagi siswa yang berhasil menyusun menara tertinggi akan mendapat reward dari sekolah.
Setelah mengetahui tantangan ini, saya menyarankan Khayla untuk membaca buku-buku yang sudah kami beli sewaktu dia masih berumur 3 atau 4 tahun. Dulu saya atau suami yang membacakan buku itu untuknya, sekarang dia sudah bisa membaca sendiri 😊. Kebetulan lagi tema bukunya beragam sehingga saya pikir buku-buku itu pantas ada di list daftar buku yang akan dibaca.
Selain tantangan menara buku, sebelumnya di sekolah sudah ada juga program belajar membaca al-qur'an dengan memakai buku Kibar (seperti buku Iqro). Buku Kibar ini terdiri dari 3 tahap yaitu A, B, dan C. Jika sudah lulus Kibar C, maka bacaannya naik tingkat ke Al-Qur'an.
Saya selalu mendukung Khayla untuk bisa segera naik ke tingkat Al-qur'an dengan mengajaknya membaca Kibar C setelah shalat magrib. Tapi sayangnya, tidak selalu berjalan lancar. Kadang ada saja 'drama' yang terjadi sehingga membuat saya atau suami (yang mendampinginya) menjadi kesal. Seperti yang terjadi magrib ini. Saya ajak dia untuk mulai membaca taawudz tapi dianya malah ogah-ogahan. Saya tawarkan pada Khayla apakah dia mau didampingi oleh Ayahnya atau tidak. Dia bilang iya. Tapi entah kenapa, yang selanjutnya terjadi, suami marah-marah dan Khayla menangis. Saya sebenarnya kesl juga, menyanyangkan kenapa bisa terjadi hal seperti itu. Biasanya saya akan langsung nyolot juga. Tapi saya tahan dan saya bertanya dengan intonasi rendah agar tidak menambah situasi semakin panas. Suami bilang Khayla banyak beralasan ini itu bukannya bersegera mangaji. Saya hampiri Khayla. Sebelum-sebelumnya saya kadang marah kalau dia bertingkah seperti itu. Tapi tadi saya tahan. Masih dengan intonasi rendah, saya katakan padanya kalau tidak mau mengaji, bilang saja, tapi tidak perlu pakai drama apalagi sampai menangis.
Akhirnya Khayla memilih untuk membaca komik yang baru dibelinya saat program Wisata Buku ke Gramedia bersama teman-teman sekolahnya. Setelah selesai dia pun menghampiri saya agar saya bisa membuat laporan kepada Wali Kelas. Saya ajak dia berbicara. Bagus kalau Khayla bisa selesai membaca komik dengan cepat. Tapi alangkah bagusnya juga kalau Khayla mau membaca Kibar walaupun hanya 1 halaman. Saya bilang, tantangan dari sekolah berarti bertambah, pembiasaan shalat wajib, pembiasaan mengaji, dan pembiasaan membaca buku. Jujur ya, sebelumnya sih saya biasanya suka menasihati sambil ngomel-ngomel 😆. Tapi setelah ada materi komunikasi produktif ini, saya jadi mencoba me-rem ngomelnya dan mencari kalimat lain dengan memakai intonasi yang rendah. Yaah..semoga saja usaha saya ini bisa membawa perubahan, walaupun kecil 😇😇
#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Komunikasi Produktif Day 2
Bismillahirrahmanirrahim
Waktu yang biasa keluarga kita pakai untuk family forum biasanya pagi hari sebelum suami dan anak sulung berangkat mengajar dan sekolah.
Tadi pagi suami menanyakan tentang rencana mendaftarkan kedua anak kami untuk mengikuti kegiatan PAS ITB. Saya bilang kalau kuota untuk anak seumur Miftah,si kecil, sudah penuh. Tapi kalau untuk anak usia SD Insya Allah masih ada dan rencananya saya akan datang ke Salman hari Kamis untuk mendaftarkan Khayla, si sulung. Tidak lupa saya menanyakan uang pendaftarannya, apakah akan mengambil dari tabungan atau tidak.
Pak Suami juga bilang kalau hari Sabtu ini beliau libur dan menanyakan apakah kita sekeluarga mau pergi ke suatu tempat atau tidak. Tapi syaratnya tidak boleh yang jauh-jauh dan mahal 😆. Biasanya saya akan protes, dan bilang kalau ke tempat yang deket mah saya juga bisa pergi sendiri naik kendaraan umum, nggak perlu nunggu bisa atau tidaknya beliau pergi 😁. Tapi pagi itu saya iyakan saya. Udah sukur diajak pergi juga..hahaha.
Oiya, katanya suami juga ada rencana untuk membelikan saya motor. Padahal berkali-kali saya bilang kalau motor suami sudah lama dan sudah layak ganti. Apalagi kalau kebetulan kami berempat naik motor, haduuhh..pegel semua deh badan kami. Badan saya dan suami sudah tidak seperti dulu saat kami awal menikah. Ditambah dua anak berumur 7 dan 3 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan 😂😂😂. Saya pikir selayaknya suami ganti motor baru, mengingat ada saja kejadian, seperti motor yang susah dihidupkan.
Pak Suami bilang, motor baru itu untuk saya, untuk dipakai menjemput anak sekolah. Tapi saya yakinkan beliau kalau saya tidak butuh-butuh amat. Lagipula saya sudah berencana untuk mendaftarkan Khayla pulang naik jemputan biar sayanya nggak cape tidak banyak waktu terbuang di perjalanan. Kita lihat nanti deh, hasil dari komunikasi produktif kami pagi ini 😊
#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Waktu yang biasa keluarga kita pakai untuk family forum biasanya pagi hari sebelum suami dan anak sulung berangkat mengajar dan sekolah.
Tadi pagi suami menanyakan tentang rencana mendaftarkan kedua anak kami untuk mengikuti kegiatan PAS ITB. Saya bilang kalau kuota untuk anak seumur Miftah,si kecil, sudah penuh. Tapi kalau untuk anak usia SD Insya Allah masih ada dan rencananya saya akan datang ke Salman hari Kamis untuk mendaftarkan Khayla, si sulung. Tidak lupa saya menanyakan uang pendaftarannya, apakah akan mengambil dari tabungan atau tidak.
Pak Suami juga bilang kalau hari Sabtu ini beliau libur dan menanyakan apakah kita sekeluarga mau pergi ke suatu tempat atau tidak. Tapi syaratnya tidak boleh yang jauh-jauh dan mahal 😆. Biasanya saya akan protes, dan bilang kalau ke tempat yang deket mah saya juga bisa pergi sendiri naik kendaraan umum, nggak perlu nunggu bisa atau tidaknya beliau pergi 😁. Tapi pagi itu saya iyakan saya. Udah sukur diajak pergi juga..hahaha.
Oiya, katanya suami juga ada rencana untuk membelikan saya motor. Padahal berkali-kali saya bilang kalau motor suami sudah lama dan sudah layak ganti. Apalagi kalau kebetulan kami berempat naik motor, haduuhh..pegel semua deh badan kami. Badan saya dan suami sudah tidak seperti dulu saat kami awal menikah. Ditambah dua anak berumur 7 dan 3 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan 😂😂😂. Saya pikir selayaknya suami ganti motor baru, mengingat ada saja kejadian, seperti motor yang susah dihidupkan.
Pak Suami bilang, motor baru itu untuk saya, untuk dipakai menjemput anak sekolah. Tapi saya yakinkan beliau kalau saya tidak butuh-butuh amat. Lagipula saya sudah berencana untuk mendaftarkan Khayla pulang naik jemputan biar sayanya nggak cape tidak banyak waktu terbuang di perjalanan. Kita lihat nanti deh, hasil dari komunikasi produktif kami pagi ini 😊
#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tuesday, January 24, 2017
Komunikasi Produktif Day 1
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah berkutat dengan 9 NHW di Program Matrikulasi batch 2, kali ini bersiap untuk tantangan di Kelas Bunda Sayang.
Membaca materi yang diberikan, saya merenung kembali. Sepertinya selama ini saya belum melakukan komunikasi yang produktif kepada suami dan anak saya. Saya banyak menggunakan kalimat yang tidak produktif saat berhadapan dengan anak. Dengan adanya tantangan di Bunda Sayang ini, Insya Allah saya akan terus memperbaiki cara komunikasi saya terhadap keluarga.
Pada sesi tanya jawab dihari Senin, saya mengajukan pertanyaan bagaimana menghadapi anak yang susah mengerjakan sesuatu begitu saya suruh (saya ambil contoh: mengerjakan shalat), sampai-sampai kadang saya merasa kesal dan marah karena pekerjaan tersebut tidak juga dilakukan.
Keesokan harinya setelah mengetahui tantangan 10 hari, saya mulai praktekkan cara berkomunikasi produktif seperti yang saya baca di materi.
Saya menyuruh anak sulung saya untuk shalat, tapi saya rubah dengan bertanya
"Mau shalat jam berapa?"
Tidak ada jawaban.
"Setengah lima, ya?"
Akhirnya anak saya mengangguk.
Masih ada setengah jam lagi dan saya harap tidak akan ada penolakan jika telah tiba waktunya.
Alhamdulillah..ketika saya ingatkan kalau waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima, anak saya bergerak mengambil air wudhu. Saat masuk kamar dan bersiap untuk shalat, adiknya masuk. Biasanya dia akan mengganggu kakaknya, sampai kakaknya berteriak dan marah dan saya pun jadi ikut-ikutan marah karena shalatnya si sulung menjadi terhambat.
Saya ingatkan Si Kecil untuk keluar kamar saja kalau tidak mau ikut shalat. Saya tahan emosi saya. Tidak ada bentakan atau intonasi marah. Si Kecil mau juga keluar. Saya katakan padanya untuk tidak mengganggu orang shalat agar shalatnya bisa khusyuk.
Begitu selesai shalat, Si sulung keluar kamar dan bertanya "kenapa sih shalatnya cuma 5 menit?"
Dari pertanyaan itu saya jadi bisa menjelaskan bagaimana dulu Rasulullah diperintahkan Allah untuk shalat. Sebelumnya-sebelumnya, kadang saya menjawab pertanyaan dari anak saya dengan ogah-ogahan, apalagi saat itu saya sedang menyetrika pakaian. Tapi kemarin saya bicara dengan pelan, dengan intonasi lembut. Mengambil contoh dari film Iqro yang kemarinnya kita tonton bersama teman sekolahnya.
Sore itu saya puas, karena tidak ada paksaan, tidak ada penolakan, tidak ada amarah yang keluar, semua berjalan dengan baik. Malah pas waktu magrib, Si sulung yang wudhu duluan dan membangunkan saya yang ketiduran 😆.
Saya yakin semua ini berawal dari kalimat produktif yang saya ucapkan 😊
#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Setelah berkutat dengan 9 NHW di Program Matrikulasi batch 2, kali ini bersiap untuk tantangan di Kelas Bunda Sayang.
Membaca materi yang diberikan, saya merenung kembali. Sepertinya selama ini saya belum melakukan komunikasi yang produktif kepada suami dan anak saya. Saya banyak menggunakan kalimat yang tidak produktif saat berhadapan dengan anak. Dengan adanya tantangan di Bunda Sayang ini, Insya Allah saya akan terus memperbaiki cara komunikasi saya terhadap keluarga.
Pada sesi tanya jawab dihari Senin, saya mengajukan pertanyaan bagaimana menghadapi anak yang susah mengerjakan sesuatu begitu saya suruh (saya ambil contoh: mengerjakan shalat), sampai-sampai kadang saya merasa kesal dan marah karena pekerjaan tersebut tidak juga dilakukan.
Keesokan harinya setelah mengetahui tantangan 10 hari, saya mulai praktekkan cara berkomunikasi produktif seperti yang saya baca di materi.
Saya menyuruh anak sulung saya untuk shalat, tapi saya rubah dengan bertanya
"Mau shalat jam berapa?"
Tidak ada jawaban.
"Setengah lima, ya?"
Akhirnya anak saya mengangguk.
Masih ada setengah jam lagi dan saya harap tidak akan ada penolakan jika telah tiba waktunya.
Alhamdulillah..ketika saya ingatkan kalau waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima, anak saya bergerak mengambil air wudhu. Saat masuk kamar dan bersiap untuk shalat, adiknya masuk. Biasanya dia akan mengganggu kakaknya, sampai kakaknya berteriak dan marah dan saya pun jadi ikut-ikutan marah karena shalatnya si sulung menjadi terhambat.
Saya ingatkan Si Kecil untuk keluar kamar saja kalau tidak mau ikut shalat. Saya tahan emosi saya. Tidak ada bentakan atau intonasi marah. Si Kecil mau juga keluar. Saya katakan padanya untuk tidak mengganggu orang shalat agar shalatnya bisa khusyuk.
Begitu selesai shalat, Si sulung keluar kamar dan bertanya "kenapa sih shalatnya cuma 5 menit?"
Dari pertanyaan itu saya jadi bisa menjelaskan bagaimana dulu Rasulullah diperintahkan Allah untuk shalat. Sebelumnya-sebelumnya, kadang saya menjawab pertanyaan dari anak saya dengan ogah-ogahan, apalagi saat itu saya sedang menyetrika pakaian. Tapi kemarin saya bicara dengan pelan, dengan intonasi lembut. Mengambil contoh dari film Iqro yang kemarinnya kita tonton bersama teman sekolahnya.
Sore itu saya puas, karena tidak ada paksaan, tidak ada penolakan, tidak ada amarah yang keluar, semua berjalan dengan baik. Malah pas waktu magrib, Si sulung yang wudhu duluan dan membangunkan saya yang ketiduran 😆.
Saya yakin semua ini berawal dari kalimat produktif yang saya ucapkan 😊
#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Subscribe to:
Posts (Atom)